Planet Mars Tidak Cocok Dihuni Manusia Karena
Pameran Figure A digelar. Pameran ini menghadirkan eksplorasi unik bentuk manusia sebagai media tekstur, komposisi, dan warna, melampaui sekadar representasi subjek.
Balikpapan (ANTARA) - Polisi menyimpulkan kecelakaan tabrakan antara truk pembawa campuran beton siap tuang PT Fortuna Ready Mix dengan truk lainnya pembawa beton cair lainnya di turunan Jalan Soekarno-Hatta, Muara Rapak, Kota Balikpapan, Selasa (27/12) sore pukul 16.00 Wita adalah sebab kesalahan manusia (human error).
Akibatnya, sopir truk Alex Thomas (64), warga Jalan Proklamasi, Manggar, Balikpapan Timur, mengalami luka berat dan kemudian meninggal dunia di RS Kanujoso Djatiwibowo satu jam sesudah kejadian.
“Dalam kejadian itu, pengemudi tidak mengerem sementara sudah memutar setir menghindari tabrakan dengan mobil angkutan kota,” jelas Direktur Lalu Lintas Polda Kaltim Komisaris Besar Polisi Sonny Irawan, Rabu.
Malang tak dapat ditolak, dengan banting setir ke kiri, truk Alex justru berhadapan langsung dengan pantat truk yang sedang menurunkan muatan beton cair untuk proyek pelebaran Jalan Soekarno-Hatta di pinggir ruas jalan tersebut.
Kabin truk Alex langsung menghantam bemper truk yang parkir itu, membuat setir melesak naik ke arah dadanya, sementara kepala Alex terayun ke depan membentur setir.
Di ruas itu, Jalan Soekarno-Hatta terbagi pada 2 jalur, satu untuk setiap arah, yaitu ke utara naik dan ke selatan turun. Bagian turun terkenal dengan sebutan Turunan Rapak.
Setiap jalur terbagi lagi menjadi 2 lajur sehingga 2 kendaraan searah dapat melaju bersisian. Truk Alex berada di Turunan Rapak, di titik itu yang pada pukul 16.00 Wita, adalah ujung dari antrean kendaraan yang berhenti saat lampu lalu lintas menyala merah di Simpang Rapak.
Saat ini di Turunan Rapak sedang dikerjakan proyek penambahan lajur atau pelebaran jalan. Ironisnya, proyek ini adalah untuk antisipasi kejadian seperti kecelakaan ini.
“Kita sudah mengecek system pengereman, hasil sementara diketahui rem berfungsi dengan baik. Tidak ada kebocoran, tidak ada kerusakan, tidak ada udara yang masuk dan lain sebagainya,” lanjut Kombes Sonny.
Sistem pengiriman truk tronton yang dikendarai Alex menggunakan sistem pneumatic atau menggunakan tekanan angin untuk menggerakkan sepatu rem menjepit cakram rem. Kadangkala rem tidak berfungsi maksimal bila angin dari kompresor keluar di satu titik tertentu (bocor) sehingga sistem kekurangan tekanan untuk menjepit cakram rem dan menghentikan kendaraan.
“Rem berfungsi dengan baik,” kata Kombes Sonny sekali lagi.
Kesalahan atau human error yang terjadi adalah sopir tidak lantas menginjak rem begitu membanting setir ke kiri. Mengapa demikian, masih didalami oleh kepolisian.
“Karena ini kasusnya kecelakaan, dan pengemudi selaku tersangka meninggal dunia maka kasusnya akan kami hentikan penyidikannya,” lanjut Dirlantas. Pihaknya akan segera mengeluarkan Surat Penghentian Penyidikan Perkara (SP3).
Namun demikian, di sisi lain, polisi menemukan masa berlaku izin kelayakan kendaraan atau KIR dari truk Alex sudah kadaluwarsa selama 1 tahun 4 bulan. Terakhir truk itu diuji di Bantul, Yogyakarta. Menurut Dirlantas, pihaknya masih akan berkoordinasi dengan Dinas Perhubungan Kota Balikpapan untuk hal tersebut.
TOI 700 d merupakan satu dari macam-macam planet baru. Transiting Exoplanet Survey Satellite atau TESS telah menemukan planet eksoplanet yang berpotensi dihuni pertama kali. Seukuran dengan Bumi dan mengorbit bintang sekitar 100 tahun cahaya dari Bumi, menurut badan tersebut.
Penemuan ini diumumkan pada pertemuan ke-235 American Astronomical Society pada Senin, 6 Januari 2020 di Honolulu. Planet ini adalah bagian dari sistem multi-planet di sekitar TOI 700, bintang kerdil yang berada di konstelasi Dorado.
Itu hanya sekitar 40% dari massa dan ukuran matahari kita, dengan setengah dari suhu permukaan. TOI 700 d merupakan satu dari tiga yang mengorbit bintang. Jaraknya tepat untuk mendukung air mencair di permukaan zona layak huni bintang.
Temuan ini menarik bagi para astronom karena ini adalah salah satu dari beberapa planet yang berpotensi dihuni, yang ditemukan di luar tata surya kita dan berukuran sebesar Bumi. TOI 700 d adalah yang terluar dari tiga planet, menyelesaikan satu orbit di sekitar bintang setiap 37 hari Bumi.
Dari bintangnya yang lebih kecil, planet ini menerima sekitar 86% energi yang disediakan matahari untuk Bumi. Planet ini dianggap terkunci secara tidal, artinya satu sisi selalu berada di siang hari.
Mengapa planet di ruang angkasa tidak bertabrakan satu sama lain?
Bobo.id - Dalam sistem tata surya kita, ada delapan planet tersusun berurutan dan mengorbit Matahari.
Bumi, yang menjadi planet tempat kita tinggal merupakan salah satu planet dalam sistem tata surya galaksi Bima Sakti.
Selain planet yang ada di galaksi Bima Sakti, ternyata masih ada berbagai planet lainnya, lo.
Uniknya, meski planet-planet yang ada di ruang angkasa ini jumlahnya sangat banyak dan saling bergerak, tidak ada planet yang bertabrakan satu sama lain.
Apa yang menyebabkan planet-planet ini tidak saling bertabrakan satu sama lain, ya?
Cari tahu jawabannya berikut ini, yuk!
Baca Juga: Hujan Meteor Ternyata 30 Kali dalam Setahun, Ketahui Fakta Menarik Meteor Lainnya
Gaya Gravitasi Mengatur Orbit Masing-Masing Planet
Alasan pertama mengapa planet di ruang angkasa tidak saling bertabrakan adalah karena adanya gaya gravitasi.
Orbit masing-masing planet diatur oleh gaya gravitasi. Bukankah di ruang angkasa hanya memiliki gravitasi yang sangat tipis, Bo?
Baca Juga: Tahukah Kamu Mengapa Langit Berwarna Biru? Ternyata Ini Penjelasannya
Ya, meskipun tipis atau sedikit, bukan berarti benda langit di ruang angkasa tidak memiliki gaya gravitasi.
Setiap benda di yang memiliki massa pasti memiliki gaya gravitasi, teman-teman.
Matahari sebagai pusat tata surya juga memiliki gaya gravitasi yang lebih besar dari benda langit lainnya.
Gaya gravitasi dari Matahari inilah yang kemudian menarik benad-benda langit lainnya untuk bergerak mendekatinya.
Baca Juga: Mengenang Michael Collins, Salah Satu Atronaut Misi Apollo 11 yang Pertama Kali Mendaratkan Manusia di Bulan
Hal inilah yang menyebabkan planet-planet bergerak mengelilingi Matahari, karena planet-planet akan terpaksa bergerak dalam sebuah orbit untuk mengelilingi Matahari.
Namun gaya gravitasi Matahari tetap tergantung pada jarak, sehingga orbit masing-masing planet tetap berjauhan dan tidak saling mengganggu.
Orbit Planet Tidak Selalu Berbentuk Bulat
Planet-planet di ruang angkasa memang selalu bergerak mengelilingi dan mengorbit Matahari.
Uniknya, orbit setiap planet ini tidak selalu berbentuk bulat, teman-teman. Ada juga planet yang mengorbit dengan bentuk lonjong atau elips.
Orbit planet yang berbentuk elips ini disebabkan karena kecepatan bergerak planet yang tinggi.
Baca Juga: Ternyata Astronaut Juga Beraktivitas Seperti Manusia di Bumi, Apa Saja Aktivitas Astronaut di Ruang Angkasa, ya?
Semakin cepat sebuah planet bergerak, maka bentuk orbitnya akan semakin elips.
Apa lagi faktor yang menyebabkan planet di ruang angkasa tidak saling bertabrakan saat bergerak, ya?
Ketahui jawaban lengkapnya di video ini, yuk!
Artikel ini merupakan bagian dari Parapuan
Parapuan adalah ruang aktualisasi diri perempuan untuk mencapai mimpinya.
AIA Healthiest Schools Dukung Sekolah Jadi Lebih Sehat Melalui Media Pembelajaran dan Kompetisi
Manusia Bisa Punya Planet Sendiri
Kamis, 26 Mei 2022 - 02:56 WIB
VIVA – Pendiri dan Kepala Eksekutif Pulsar Vision, Richard Dinan, menggagas ide untuk manusia agar meninggalkan Bumi dan tinggal di planet lain seperti Mars. Ia memiliki ambisi untuk merealisasikan idenya ini dengan cepat.
Dinan bahkan rela bertaruh dengan memanfaatkan kekuatan nuklir di luar angkasa untuk memangkas waktu tempuh menuju Planet Mars dan membuka tabir rahasia di luar sistem Tata Surya.
"Galaksi Bima Sakti dipercaya terdapat miliaran planet yang beredar di bintang G-Type seperti milik kita (Bumi). Kita hidup di dunia yang mungkin saja terpikirkan bagaimana caranya memiliki planet sendiri," ungkapnya, seperti dikutip dari situs Express, Kamis, 26 Mei 2022.
Ia menyebut, jika ingin terealisasi, maka pengusaha seperti dirinya membutuhkan roket yang sangat cepat. Meskipun Dinan mengakui kalau hal ini terlihat mustahi.
"Tapi percayalah. Kita sudah setengah jalan menuju ke arah sana," kata dia, menambahkan. Supaya semuanya menjadi kenyataan, Dinan ingin mereplika proses fusi yang digunakan oleh bintang dan Matahari.
Fusi inilah yang menjanjikan hal besar bagi manusia agar bisa berkelana ke luar angkasa. Dengan fusi ia juga sangat yakin waktu tempuh misi ke Mars dapat dikurangi setengahnya, atau melaju dengan kecepatan 350 km per detik.
Pulsar Fusion juga sudah menguji mesin plasma yang akan dipakai untuk meluncurkan roket ke luar angkasa. "Lalu, berikutnya, kita bisa menghidupkan mesin roket dan terbang (ke Planet Mars) tahun 2027," papar Dinan.